Postingan

Hanya—itu

Gambar
  Kuberikan padamu, sepotong waktu Bukan hanya, karena kutau,  kau tak butuh jam dinding emas, arloji berkilauan, yang kelak menggantung di sudut tembok, atau berdebu di pojokkan lemari kayu Kuberikan padamu, selembar kain Bukan hanya, karena kutau, kau tak ingin membiarkan sayap-sayapmu menjuntai mengelus bumi dan menggores luka di hati Kuberikan padamu, keabadian dari seikat bunga yang tak pernah layu Bukan hanya, karena kau tau, kau selalu abadi dalam dan luar diriku sendiri   Kuberikan padamu, hanya, karena kau tau, aku hanya Kau berikan padaku, itu, karena kutau, kau itu Kuberikan padamu hanya dan kau berikan padaku itu Hingga tak lagi hanya dan tak lagi itu   Yogyakarta, Agustus 2022

Mengejamu

Gambar
  Aku mengejamu pada setiap rapalan doa Menyebutmu bagai pelangi penuh warna Membacamu dengan perlahan dan lama Meyakinimu dalam dunia dan segala Menara Teratai, Juni 2022

Dzikir Semesta

Gambar
Gema lantunan Illahi  sayup-sayup di antara orang-orang yang berlari Kubah berwarna warni Pakaian ibadah yang suci Membalut tubuh yang bermandikan dosa, nista, dan rasa benci Ramadhan berjalan perlahan Disambut gemah ripah loh kemewahan Dosa-doa berguguran Doa-dosa bertumbuhan Tegalwangi April, 2022.

Dari Kereta Menuju Jakarta

Gambar
  Dari kereta menuju Jakarta sore ini Senja beradu bersama kabut dan langit pasi Pada gerbong non-ekonomi bersuana sepi Tak ada anak kecil menari-menari Lorong-lorong membisu dibalut hening Orang-orang tak saling menyapa dan dingin Kursi-kursi yang hampa berteman kesepian Perbukitan dan pesawahan terongok di balik sekat jenda yang mendinding Dari kereta menuju Jakarta sore ini Kurapal puji dan doa-doa untukmu Adinda Segala harap kuterbangkan pada langit yang tak terduga Segala ingin kusemestakan pada arus perjalanan yang bestari Biar kau, abadi KA. Purwojaya Februari, 2022

Setibanya di Laut

Gambar
Kujelajahi bola matamu; separuh samudera separuh langit senja Bergerombolan ombak dan angin berderap mendorong perahu kecil nelayan Lengkung di bibirmu masih mendesiskan kidung  tenang dan lembut mengalun menutup deru ombak lautan Ooh, kasihku Kita tatap camar-camar yang terbang menukik ke air laut Timbul-tenggelam bagai keinginan hati yang tak menentu Anak-anak laut yang berlarian Membawa segala harapan-harapan akan keadaan Meredakan luka sementara dan membangkitkan rasa yang kau dan aku saling jaga bersama Lukamu, yang merah sekaligus teduh yang enggan berkata pada setiap manusia yang enggan bersapa pada belantara rimba yang enggan bersikeras terhadap apa-apa yang tidak tereja kau berjalan, melangkah pelan mengikuti aroma air hujan kau menepi di antara jurang dan bukit tanah merah di bawah langit pasi kau bakar setanggi pada pelataran hati hingga akhirnya mengetahui; akulah samudera. Nusakambangan, Januari 2022

Membungkus Idealisme

Gambar
  Kubingkis idealismeku dalam plastik yang menyilaukan mata Demi sederet bangku-bangku baru Gelas-gelas yang bening dan masih kosong serta setumpuk kertas yang yang dibalut pembungkus berwarna-warni Kuikat segala amarah, dendam, serta sarkasme-satire yang tajam dengan tali plastik Berharap mereka tidak mengamuk dan mengambil alih tubuh ringkih ini Dialektika, romantika, aksi yang selalu menyelimuti kini kutanggalkan Kututup di lubang bawah tanah dan kutancapi sebatang tongkat serta bendera di atasnya Aku melihatmu amarah Aku memandangmu rasa dendam dan penderitaan Aku memelukmu segala hal yang tak terduga Aku, masih sama  Aku, masih sama Aku, masih sama Aku masih manusia, dengan cara yang berbeda   Purwokerto Selatan, Desember 2021.

Laut dan Langit

Gambar
  Dan rasakan angin yang berhembus Meniup asamu Dan dengarkan deru yang memecah hening Getarkan jiwamu Dan lihatlah samudera yang biru Legakan lelahnya hatimu   Laut dan langit Dan hal-hal yang tidak kita ungkapkan Laut dan langit Dan hal-hal yang tidak kita ungkapkan Biar meresap Melebur ke bumi Menumbuh dan berkembang   Menganti, Oktober 2021